Sebuah Metamorfosis : Reinkarnasi Untuk Menata Jiwa dan Hati

mine Kegusaran hati terus berkecamuk saat seorang pria berusia 28 tahun berdiri tegak persis di depan pintu kamar bersalin Rumah Sakit Angkatan Darat di bilangan Jakarta Selatan.

Tepat di akhir waktu, disebuah bulan bernama Januari. Tak ada jeritan manusia yang ia dengar. Saat itu yang ia dengar hanyalah jeritan hatinya. Hati yang berkecamuk. « Apakah istri ku selamat? Bagaimana dengan …. ? »

Kedua pertanyaan itu terus-menerus mencengkram dada pria itu. Saat itu , ia benar-benar tak memperdulikan berapa sisa lembaran uang yang ada di dompet kulit lusuh berwarna hitam yang ia simpan di saku belakang celana panjang abu-abunya. Rizki itu pasti akan datang, ucapnya dalam hati.

Puluhan jam ia lalui dengan ketidakpastian hati. Ia terus memanjatkan do’a pada Sang Ilahi untuk keselamatan istri tercintanya dan menguatkan jiwanya bahwa mungkin sebentar lagi ia akan segera menerima rizki yang sangat besar yang tak terhingga nikmatnya.

Dan…
Suara isak tangis bayi mungil itu tiba-tiba memecah lamunan panjangnya di bangku panjang berwarna cokelat kayu itu.

Alhamdulillah !”

Gumamnya seraya tak percaya bahwa sejak Sabtu itu, ia telah resmi menjadi seorang ayah. Ayah dari seorang bayi perempuan yang membuat gempar para suster rumah sakit, karena lehernya terlilit ari-ari.

Dari sebrang sana, terlihat begitu jelas air muka bahagia seorang perempuan yang terbaring lemas di atas ranjang. Dengan sigap pria tersebut menghampirinya dan mencium kening perempuan tersebut. Dalam beberapa jam, kehidupan romantis mereka telah berubah total menjadi sebuah kehidupan yang lebih bercahaya daripada sekedar roman. Cahaya yang tak kan pernah pudar. Cahaya yang mengantarkan mereka ke dalam kehidupan yang sebenar-benarnya. Inilah mukjizat yang telah mereka saksikan atas kehendakNya : Cinta dan Pengorbanan.

Bayi perempuan tersebut begitu dicintai mereka, hingga tak satu pun orang boleh menghina dan menyentuhnya dengan kasar. Sesekali mereka memelototi orang-orang yang ingin menjahili si bayi. Mungkin saat itu si bayi belum terpikir bahwa cinta telah membuat manusia begitu protektif.

Si bayi beranjak menjadi balita lincah dan enerjik. Saking lincahnya, ia yang masih berusia tiga tahun mengikuti kontes pramugari dan menari dengan scraft biru muda di atas panggung. Dan pada usia empat tahun, ia  begitu girang dan loncat dipelukan sang Ayah, karena berhasil mendapatkan piala berwarna emas yang bertuliskan : Juara  I lomba hapalan surat pendek tingkat TK nol kecil dari kepala sekolah sebuah TK Islam Syofia. Setidaknya sebelum ia bersedih hati, karena harus pindah ke TK Islam At-Taufiq. Permasalahannya sederhana : Dijahili murid laki-laki sampai sang Ayah marah besar!

Kepindahannya nampak tak membuahkan fenomena baru. Masih fenomena yang lama. Dijahili murid laki-laki sampai sang Ayah mengadap ke Kepala Sekolah. Bahkan, ketika ia SD, sang ayah punya kebiasaan baru : membawa borgol dan mengancam beberapa murid laki-laki yang usil dengan anaknya. Applause untuk Ayah yang perkasa!

Kehidupannya terus mengalir bagai aliran sungai yang deras hingga ia beranjak menjadi seorang gadis remaja. Dalam hidupnya, sang gadis berusaha menjadi seseorang yang kaya akan warna hidup. Ia menemui sejuta kasih sayang dari teman-teman dan para sahabat, ia menemui sejuta kasih sayang sanak saudara dan kerabat lainnya. Ia mulai pandai melukis sketsa hidupnya dari apa yang dikehendakinya. Ia beranjak, menjadi seseorang yang menjungjung tinggi emansipasi perempuan. Dan di sana pula, ia memunculkan bibit idealisme.

Ratusan, ribuan, jutaan, bahkan milyaran waktu dan kasih sayang mereka, tertuang pada sang gadis. Bahkan, hal tersebut masih terus mengalir, meskipun  ia telah beranjak dewasa. Rasa cinta dan perlindungan keduanya telah membuat sang perempuan kini menjadi semakin kuat untuk menjelajahi dunia.

Sang Ayah dan Ibu semakin lemah karena waktu, namun cinta mereka terus saja membanjiri kehidupan sang perempuan hingga ia benar-benar merasakan bahwa ia adalah salah satu rizki terindah bagi mereka berdua.

Kini ia kembali mengulang dan mempelajari lebih dalam lagi tentang arti kehidupan. Menyadari bahwa perlindungan telah menguatkan raganya, kelembutan telah menghangatkan jiwanya, kedekatan telah mengokohkan keyakinannya, pengorbanan telah memaknai alur usianya, kekecewaan telah melapangkan sanubarinya, kegembiraan telah mewarnai hari-harinya, dukungan telah menambah semangat juangnya, kesedihan telah membijaksanakan pemikirannya.

Soshite, Sore wa taisetsu desu! Cinta telah menghidupkan nyawa di dalam raganya, untuk bermetamorfosis, dan memulai sebuah reinkarnasi, untuk menata jiwa dan hati menuju cinta Ilahi.

lintas-waktu
Gokuroosama deshita, Otoosan.

Soshite,

Gokuroosama deshita, Okaasan.

I love you both.

Thanks for loving me ‘til this day..

I’ll take both of  you away  deep inside my heart..

I promise you
(Ai) 30.01.09

2 réflexions sur “Sebuah Metamorfosis : Reinkarnasi Untuk Menata Jiwa dan Hati

  1. ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرهاووضعته كرهاوحمله و فصاله ثلاثون شهراحتي إذابلغ أشده و بلغ أربعين سنتاقال رب أوزعني أن أشكر نعمةك التي أنعمت علي و علي والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأصلح لي في ذريتي إني تبت إليك و إني من المسلمين (سورة الأحقاف

    so inspriring, thanks

  2. ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرهاووضعته كرهاوحمله و فصاله ثلاثون شهراحتي إذابلغ أشده و بلغ أربعين سنتاقال رب أوزعني أن أشكر نعمةك التي أنعمت علي و علي والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأصلح لي في ذريتي إني تبت إليك و إني من المسلمين (سورة الأحقاف

    so inspiring, thanks

Laisser un commentaire