Mengenal Potensi Anak

Pada praktek parenting di zaman dahulu, kebanyakan orang tua mengarahkan anak-anak mereka untuk menjadi seperti apa yang orang tua inginkan. Banyak faktor yang melatarbelakangi kebijakan tersebut. Bisa jadi, salah satu faktornya adalah saat usia mereka masih anak-anak dan remaja, ada banyak hal yang belum mampu mereka capai, atau belum tuntas diselesaikan akibat pernikahan yang berada ditengah-tengah karir. Sehingga untuk memuaskan cita-cita mereka, secara sadar atau tidak, mereka limpahkan ke anak-anak mereka agar menjadi seperti yang mereka idamkan.

Tak banyak yang tahu bahwa potensi anak bisa terlihat dari masa kanak-kanak mereka. Meskipun hasrat anak-anak masihlah berubah-ubah, namun di saat usia 10 tahun, para orang tua bisa memulai untuk meneliti potensi anak-anak mereka.

Orang tua bisa memulainya dengan cara mengamati, menggali, mengenali, kemudian mengakomodasi potensi-potensi itu. Orang tua bisa membantu anak, bahkan sebelum mereka sadar tentang apa yang mereka inginkan dan apa saja kira-kira potensi mereka. Membantu anak dengan cara mengenali mereka tentang kekuatan apa yang ada di dalam diri mereka misalnya. Kemudian setelahnya, para orang tua bisa mendorong anak-anak mereka untuk melangkah lebih jauh lagi. Selain itu, ketika ada halang rintang yang menerpa anak-anak mereka saat melalui proses pengembangan potensi, para orang tua bisa menjadi wadah pertama yang menampung isi hati anak, lalu menguatkan mereka agar tidak mudah menyerah.

Sering kali, untuk melalu tahapan demi tahapan yang sesuai dengan ilmu parenting, para orang tua harus mengalah untuk tidak memaksa anak-anak mereka menjadi seperti apa yang mereka inginkan saat dahulu kala. Karena, bisa jadi, para orang tua akan menemukan potensi anak yang jauh berbeda dari harapan orang tua.

Misalnya, ketika orang tua berharap anaknya kelak akan menjadi seorang dokter spesialis hebat, dengan bonus mengharumkan nama bangsa, ternyata potensi si anak adalah menggambar. Lantas, apakah dengan kemampuan dan kecintaan anak pada dunia gambar, potensi tersebut harus dipatahkan karena tidak sejalan dengan ilmu kedokteran? Atau sebagian orang tua merasa menggambar bukanlah aktifitas yang terlihat cerdas? Tidak juga.

Orang tua harus berbesar hati bahwa menjadi dokter adalah bukan kemampuan anaknya. Anak bisa diarahkan untuk memiliki alat-alat gambar atau diikutsertakan dalam kelas menggambar. Namun, peran orang tua sangatlah penting dibagian ini : mengarahkan anak untuk menggambar yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak, misalnya menggambar desain bangunan, menggambar tata ruang, atau menggambar pemandangan ala ilustrator buku anak. Jadi, anak bukan hanya tahu bahwa gambar adalah sekedar « hobi », tetapi bisa dijadikan sebuah profesi dikemudian hari.

NB : menggambar makhluk khusus untuk umat muslim kalau bisa dihindari, misal tidak menggambar matanya.

Selengkapnya di https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar-makhluk-bernyawa.html

Inspirasi menulis : belajar parenting dari buku Kiki Barkiah

Eghaliter, 3 Maret 2019

Palembang, Sumatera Selatan

Laisser un commentaire